Pengikut

Rabu, 16 November 2011

Refleksi Elegi Pemberontakan Para Obyek

Semua yang ada dan yang mungkin ada dalam kehidupan ini pada hakekatnya berkenaan dengan hubungan antara subyek dan obyek. Keduanya merupakan dua hal yang selalu ada dan harus ada mengiringi semua yang ada dan yang mungkin ada. Jika salah satu tidak ada maka tiadalah yang lainnya. Seseorang di sebut kaya karena ada orang lain yang disebut miskin dan sebaliknya. Seseorang dikatakan tua karena ada orang lain yang dikatakan muda, demikian seterusnya. Oleh karena itu subyek dan obyek harus melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing secara proporsional sehingga tidak saling meniadakan satu dengan lainnya. Keduanya harus saling bekerja sama. Si kaya harus membantu si miskin demikian sebaliknya, si kuat juga harus membantu si lemah, dan seterusnya.
Semua yang ada dan yang mungkin ada dalam kehidupan ini bisa sekaligus menjadi subyek dan obyek bergantung pada ruang dan waktu. Sebagai contoh seorang warga yang berprofesi sebagai guru dan menjadi ketua RW serta menempuh studi lanjutan. Sebagai ketua RW dia adalah subyek dengan warga di sekitarnya sebagai obyeknya, tetapi dia sekaligus menjadi obyek bagi kepala dusunnya. Sebagai guru dia adalah subyek bagi muridnya, tetapi merupakan obyek bagi kepala sekolah dan bagi dosen di mana dia menempuh studi lanjutnya.
Elegi ini memberikan sebuah pelajaran bagi kita semua bahwa pada hakekatnya kita semua bisa berperan sebagai subyek dan sekaligus obyek dalam kehidupan ini. Dan setinggi-tingginya subyek dalam kehidupan ini adalah Tuhan Yang Maha Kuasa yang menguasai seluruh dunia beserta isinya. Dan setinggi-tingginya peran sebagai obyek dalam kehidupan ini adalah keinginan kita untuk terus maju dan berkembang dalam naungan ridho-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar