Berfilsafat merupakan kegiatan refleksi diri terhadap pikiran kita, mencakup semua yang kita pikirkan, yaitu semua yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu berfilsafat bias juga dikatakan sebagai kegiatan berpikir refleksif.
Agar kita bisa berpikir refleksif yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, kita harus mampu menggunakan semua yang ada dan yang mungkin ada, termasuk pikiran dan yang kita pikirkan sebagai sebuah cermin yang bersih, bebas dari segala macam kotoran yang mengakibatkan pikiran tidak jernih. Cara yang bisa dilakukan untuk mencapai keadaan yang demikian adalah melalui bertanya dan berpikir. Disamping akan membuktikan keberadaan kita, bertanya dan berpikir juga akan menjadi permulaan pengembangan pengetahuan kita untuk mencapai logos, yaitu kejernihan/kejelasan pikiran.
Dari elegi ini, kita bisa memperoleh pelajaran bahwa di mana pun kita berada harus selalu berpikir refleksif melalui bertanya dan berpikir tentang semua yang ada dan yang mungkin ada. Jika tidak demikian, maka hidup kita akan terancam, yaitu akan termakan ketiadaan. Seorang guru yang tidak selalu bertanya dan berpikir tentang kompetensinya (paedagogis, kepribadian, sosial, dan professional), maka keberadaanya sebagai seorang guru akan termakan ketiadaan.
Agar kita bisa berpikir refleksif yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, kita harus mampu menggunakan semua yang ada dan yang mungkin ada, termasuk pikiran dan yang kita pikirkan sebagai sebuah cermin yang bersih, bebas dari segala macam kotoran yang mengakibatkan pikiran tidak jernih. Cara yang bisa dilakukan untuk mencapai keadaan yang demikian adalah melalui bertanya dan berpikir. Disamping akan membuktikan keberadaan kita, bertanya dan berpikir juga akan menjadi permulaan pengembangan pengetahuan kita untuk mencapai logos, yaitu kejernihan/kejelasan pikiran.
Dari elegi ini, kita bisa memperoleh pelajaran bahwa di mana pun kita berada harus selalu berpikir refleksif melalui bertanya dan berpikir tentang semua yang ada dan yang mungkin ada. Jika tidak demikian, maka hidup kita akan terancam, yaitu akan termakan ketiadaan. Seorang guru yang tidak selalu bertanya dan berpikir tentang kompetensinya (paedagogis, kepribadian, sosial, dan professional), maka keberadaanya sebagai seorang guru akan termakan ketiadaan.
Baca Elegi Menggapai Pikiran Jernih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar