Identifikasi aspek:
Ontologi:
Filsafat adalah pikiran para Filsuf. Belajar filsafat tidaklah mudah, karena sifat intensif dan ekstensif. Namun demikian bukan berarti filsafat itu tidak bisa dipelajari. Sebagai makhluk yang mempunyai akal (pikiran), justru dalam setiap aktivitasnya manusia selalu berfilsafat, karena pada hakekatnya filsafat adalah merupakan kegiatan berpikir dalam rangka merefleksi diri. Yang harus dilakukan adalah belajar membangun filsafat (olah pikir) dengan benar dan sungguh-sungguh agar tidak terperosok ke dalam ruang dan waktu yang salah sehingga terjebak menjadi seorang reduksionis, yaitu seorang yang serta merta dengan enaknya tanpa memikirkannya dan menggunakan bacaan yang relevan, telah membuat pernyataan atau melakukan klaim.
Epistemologi:
Belajar membangun filsafat dengan benar harus dilakukan dengan metode filsafat, yaitu dengan cara membaca dan mempelajari pikiran para filsuf serta mempelajari sejarah perkembangannya. Tanpa cara yag demikian kita tidak akan mengetahui makna terdalam yang mereka pikirkan, sehingga kita tidak akan bisa mengaplikasikan dalam kehidupan. Hal ini akan sangat membahayakan dunia, karena akan muncul ide-ide/gagasan-gagasan yang tidak bersumber dari hasil pemikiran dan referensi yang relevan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tidak mungkin kita belajar filsafat tanpa mempelajari pemikiran para filsuf.
Aksiologi:
Mempelajari filsafat dengan benar akan memperkokoh konstruksi filsafat yang kita bangun. Bangunan filsafat yang benar dan kuat akan berpengaruh positif terhadap pola pikir dan tindakan seseorang sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Seorang guru tidak seharusnya terpuruk menjadi seorang reduksionis. Semua yang menjadi klaim seorang guru harus berdasarkan pada pemikiran dan sumber bacaan (referensi) yang sesuai. Dengan demikian, seorang guru harus selalu belajar untuk meng-update bahkan meng-upgrade pengetahuannya, sehingga yang diberikan kepada peserta didiknya bukanlah sesuatu yang sudah bersifat “kadaluwarsa”.
Ontologi:
Filsafat adalah pikiran para Filsuf. Belajar filsafat tidaklah mudah, karena sifat intensif dan ekstensif. Namun demikian bukan berarti filsafat itu tidak bisa dipelajari. Sebagai makhluk yang mempunyai akal (pikiran), justru dalam setiap aktivitasnya manusia selalu berfilsafat, karena pada hakekatnya filsafat adalah merupakan kegiatan berpikir dalam rangka merefleksi diri. Yang harus dilakukan adalah belajar membangun filsafat (olah pikir) dengan benar dan sungguh-sungguh agar tidak terperosok ke dalam ruang dan waktu yang salah sehingga terjebak menjadi seorang reduksionis, yaitu seorang yang serta merta dengan enaknya tanpa memikirkannya dan menggunakan bacaan yang relevan, telah membuat pernyataan atau melakukan klaim.
Epistemologi:
Belajar membangun filsafat dengan benar harus dilakukan dengan metode filsafat, yaitu dengan cara membaca dan mempelajari pikiran para filsuf serta mempelajari sejarah perkembangannya. Tanpa cara yag demikian kita tidak akan mengetahui makna terdalam yang mereka pikirkan, sehingga kita tidak akan bisa mengaplikasikan dalam kehidupan. Hal ini akan sangat membahayakan dunia, karena akan muncul ide-ide/gagasan-gagasan yang tidak bersumber dari hasil pemikiran dan referensi yang relevan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tidak mungkin kita belajar filsafat tanpa mempelajari pemikiran para filsuf.
Aksiologi:
Mempelajari filsafat dengan benar akan memperkokoh konstruksi filsafat yang kita bangun. Bangunan filsafat yang benar dan kuat akan berpengaruh positif terhadap pola pikir dan tindakan seseorang sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Seorang guru tidak seharusnya terpuruk menjadi seorang reduksionis. Semua yang menjadi klaim seorang guru harus berdasarkan pada pemikiran dan sumber bacaan (referensi) yang sesuai. Dengan demikian, seorang guru harus selalu belajar untuk meng-update bahkan meng-upgrade pengetahuannya, sehingga yang diberikan kepada peserta didiknya bukanlah sesuatu yang sudah bersifat “kadaluwarsa”.
Baca Elegi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar